Komandan Korem 162/WB Kol. Arh Kuat Budiman, S,I,P. mengatakan momentum HUT TNI ke 69 yang mengingatkan kepada kita tentang sejumlah fakta sejarah. Sejarah tentang perjuangan, patriotisme dan sikap pantang menyerah. Semangat patroitisme inilah yang perlu diwariskan kepada generasi penerus bangsa, tidak saja dari kalangan TNI saja tetapi juga bagi para mahasiswa dan pelajar.
Demikian disampaikan, Kol Arh Kuat Budiman usai peringatan HUT TNI ke-69 yang dipusatkan di lapangan Tugu Selong, Selasa (7/10) kemarin. Beliau mengatakan tentang puncak peringatan HUT TNI itu digelar di Lotim, salah satu alasannya karena di Selong telah menjadi saksi bisu sejarah. Dimana pada tahun 1946, tentara NICA yang ingin menguasai Indonesia berhasil dipukul mundur oleh pemuda-pemuda Lombok Timur.
“Disini tempatnya, dengan semangat heroik dan patriotisme yang tinggi, pemuda di NTB berhasil memukul mundur NICA meski dengan kondisi persenjataan sederhana. Semangat pantang menyerah, dan bisa menang,” katanya, seraya menambahkan bahwa iapun sebagai Danrem ingin mengenang sejarah tersebut.
“Disini tempatnya, dengan semangat heroik dan patriotisme yang tinggi, pemuda di NTB berhasil memukul mundur NICA meski dengan kondisi persenjataan sederhana. Semangat pantang menyerah, dan bisa menang,” katanya, seraya menambahkan bahwa iapun sebagai Danrem ingin mengenang sejarah tersebut.
Catatan sejarahnya adalah, setelah mendarat di Ampenan tanggal 18 Maret 1946 silam, tentara NICA ini langsung mengambil alih kekuasaan dengan menangkap para pimpinan badan perjuangan di semua Kabupaten. Pejuang-pejuang dari Lotim yang tidak tertangkap melakukan aksi perlawanan secara sembunyi-sembunyi.
Tanggal 11 Mei 1946 Djumhur Hakim selaku Ketua BKR Lendang Nangka melakukan pertemuan dengan para tokoh pejuang. Dihasilkan kesepakatan untuk menghimpun kekuatan melawan NICA. Terbentuklah organisasi perjuangan bernama Badan Perjuangan Rakyat Indonesia (BPRI). Tanggal 27 Mei 1946 dilaksanakan pertemuan lagi di rumah H. Misbah Masbagik membahas serangan terhadap NICA.
Tanggal 11 Mei 1946 Djumhur Hakim selaku Ketua BKR Lendang Nangka melakukan pertemuan dengan para tokoh pejuang. Dihasilkan kesepakatan untuk menghimpun kekuatan melawan NICA. Terbentuklah organisasi perjuangan bernama Badan Perjuangan Rakyat Indonesia (BPRI). Tanggal 27 Mei 1946 dilaksanakan pertemuan lagi di rumah H. Misbah Masbagik membahas serangan terhadap NICA.
Tanggal 2 Juni 1946 dilakukan penyerangan ke Markas NICA di Selong, hal ini dilakukan karena NICA memblokir jalan serta memprovokasi masyarakat. Pada dini hari tanggal 7 Juni 1946 dilaksanakan penyerbuan secara serentak dari sejumlah arah ke Markas NICA. Perjuangan terus berlanjut hingga tahun 1949 yang disebut sebagai hari baru bagi masyarakat Lombok Timur bisa menikmati kemerdekaan dan terbebas dari penjajahan NICA.
Posting Komentar